Sabtu, 31 Juli 2010

Bimbingan Karier di SLTA

Kematangan Karier siswa
Walaupun baru sedikit yang diketahui tentang kapan para remaja menyatakan pilihan pilihan okupasionalnya ,beberapa estimasi kasar sudah tersedia .Crites (1969) melakukan review terhadap beberapa studi yang berkaitan dan menyimpulkan bahwa sekitar 30 persen siswa bimbang saat di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.Hal ini agak lebih tinggi dari pada penemuan yang lebih muktahir dan fottler dan Bain (1980) yang hanya 18 % dari sample siswa sekolah lanjutan atas di Alabama yang bimbang dan kurang dari studi longitudinal Marr (1956) yang melaporkan bahwa 50 persen subjek tidak membuat sesuatu keputusan hingga usia 21 tahun. .Penelitian Holander (1974) telah menunjukkan bahwa kemampuan mengambil keputusan di antara siswa-siswa sekolah lanjutan atas bervariasi menurut sipat-sipat intelektual siswa .

Perbedaan dalam aspirasi karier , diantara siswa-siswa lanjutan atas ternyata terdapat perbedaan - perbedaan subtansial dalam kebutuhan kebutuhan perkembangan dan kematangan kariernya . Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan - perbedaan ini (misalnya, tingkat bantuan orang tua , latar belakang jenis kelamin rasial dan konsep diri, perkembangan dan kesehatan fisik ) Dillart dan Campbell(1981) membandingkan pengaruh dari orang tua terhadap prilaku karier dari 194 orang anak anak dikelas tiga SLTP hingga kelas tiga SLTA . Sampel diambil dari keluarga keluarga yang utuh dan tidak utuh dengan ciri-ciri sosio ekonomik menenggah dan rendah mereka menemukan bahwa orang-orang tua ini secara deferensial mempengaruhi perkembangan karier anak anaknya

Plata(1981) membandingkan aspirasi - aspirasi okupasional dari 40 pria remaja normal dan 40 pria remaja yang mengalami gangguan emosional .dengan menggunakan okupasional aspirasion scale , ia menemukan bahwa taraf aspirasi okupasional pria remaja normal lebih tinggi dari pada kelompok kelompok yang menderita gangguan emosional .

Pound(1978) melakukan studi tentang konsep diri dari 500 siswa pria dan 500 siswa wanita yang dipilih secara acak dari enam sekolah lanjutan pada bagian barat New York dan mencoba memprediksi kematangan karier sub-sub kelompok ras dan jenis kelamin . dengan menggunakan skala sikap dari Vocational Development Inventory (sekarang CMI) dan Tennessee Self-Consep Scale sebagai prediktor - prediktor ia menemukan bahwa konsep diri nampak mempunyai efek yang berbeda pada kematangan karier yang tergantung pada ras dan jenis kelamin peserta.



Perbedaan dalam Perkembangan Karier .

Pandangan tentang perbedaan - perbedaan dalam perkembangan karier diantara siswa siswa lanjutan atas datang dari the nasional Assesment of Educasional progress project on career and occupational Development . Sekitar 37.500 anak anak laki laki dan perempuan antar bangsa termasuk dalam sample .penemuan penemuannya antara lain sebagai berikut (Mitchell,1977).

1. Kebanyakan anak anak umur tujuh belas tahun telah membicarakan secara serius kepada seseorang tentang rencana rencananya di masa depan .rencana rencananya didiskusikan dengan orang tua dua kali lebih sering daripada dengan para konselor advisor atau teman sebaya. Hanya sekitar dua pertiganya merasa bahwa orang lawan bicaranya menyadari kemampuan-kemampuannya.

2. Anak anak laki-laki cendrung lebih percaya kepada kemampuan kemampuannya mengerjakan sesuatu dari pada anak-anak perempuan.

3. Gengsi dan status tercatat dua kali lebih banyak daripada tantangan dan tanggung jawab, kepuasan pribadi, kesempatan dan kemajuan sebagai alasan-alasan untuk menerima promosi dalam pekerjaan.

4. Hanya 2,2 persen dari responden memandang bidang-bidang sekolah dan akademik sebagai aktivitas-aktivitas yang mungkin bermanfaat untuk suatu pekerjaan.

5. Sumber utama untuk mengetahui syarat-syarat suatu pekerjaan adalah observasi terhadap bidang pekerjaan.

6. Hampir semua anak-anak umur tujuh belas tahun telah memikirkan tentang jenis pekerjaan yang mereka suka kerjakan kelak.



Implikasi-implikasi bagi Bimbingan Karier di SLTA

Karena pelajar di sekolah menengah akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda melalui rute yang berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas bimbingan karier harus memiliki tiga penekanan :mendorong perkembangan karier, menyediakan perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan selanjutnya atau kekehidupan pekerjaan.

Kegiatan(aktivitas) bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menangulangi tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan.

Penekanan penekanan utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karier untuk berbagai individu haruslah didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan individu-individu kepada tujuan. Dalam hubungan dengan itu, the nasional conference on Guidance, Counseling, and placement in Career Development and Education Occupasional Decision-Making (Cysbers&Pritchard,1969:74) merekomendasikan tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karier di sekolah menengah sebagai berikut :

1. Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.

2. Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.

3. Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi khusus



Tujuan bimbingan karier di SLTA.

Herr (1976 : 1-2) mengemukakan tujuan tujuan bimbingan karier di SLTA yang meliputi membantu siswa siswa belajar untuk:

1. menunjukkan hubungan antara hasil-hasil belajar, nilai-nilai aspirasi aspirasi pendidikan.dan kariernya

2. menganalisis kompetensi pribadi sekarang dalam keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan karier dan mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat keterampilan ini bila di perlukan

3. memegang tanggung jawab dalam perencanaan karier dan konsekuensi- konsekuensinya.

4. siap untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan-latihan dalam jabatan.

5. siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi,perdagangan,perusahaan.

6. mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai konsumen.

7. mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan efektif waktu luang.

8. secara sistematis menguji realitas pilihan-pilihan karier dengan menghubungkannya dengan hasil belajar dalam mata pelajaran.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Herr,E.L dan SH. Cramer.1979, Career Guidance and Counseling Througth The life Span, Bouston : Brown dan Company.


Prayitno, 1999. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di sekolah atas (SMU), Jakarta : Mandiri Abadi


Bimbingan Karier di SLTP



Bimbingan karir di SLTP merupakan proses bantuan yang dberikan oleh konselor sekolah kepada siswa dalam rangka pemberian informasi karir dan pekerjaan sehingga muncul kesadaran pada diri siswa untuk memilih pekerjaan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki.

Karakteristik siswa di SLTP, adalah:

1. Siswa berusia antara 12/13 - 15/16 tahun.

2. Tugas-tugas pokok perkembangan yang harus dicapai anak , yaitu:

a. mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir.

b. mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk pendidikan lanjutan.

c. mengenal gambaran dan mengembangkan sikap pribadi yang mandiri.

d. mengarahkan diri pada peranan sosial sebagai pria atau sebagai wanita.

3. Perkembangan kemampuan berpikir anak sudah pada tahap operasional formal, dimana anak sudah mulai berpikir secara abstrak, namun masih perlu bantuan dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari.

4. Konsep belajar sudah mulai berkembang pada tahap pemahaman, dimana setiap informasi/konsep atau peristiwa belajar dapat dicerna oleh aspek kognitifnya sehingga mereka memperoleh pemahaman diri yang lebih baik.

5. Berada pada tahap perkembangan remaja, sedang mengalami masa pubertas dan mencari identitas diri.

Tujuan umum bimbingan karir di SMP/SLTP adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk melibatkan diri secara aktif dalam suatu proses yang dapat mengungkapkan berbagai macam karir. Melalui proses tersebut diharapkan siswa menyadari dirinya, kemampuannya, dan hubungan antara keduanya dengan berbagai karir dalam masyarakat. Tujuan khusus bimbingan karir di SMP adalah:

1. Memahami lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri para siswa.

2. Membina kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada diri pribadi siswa.

3. Mengenal berbagai jenis sekolah lanjutan tingkat menegah atas (SMA/MA).

4. Mengenal berbagai jenis pekerjaan.

5. Memberi penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap dunia kerja.

Fungsi bimbingan karir di SMP adalah:

1. Memberikan arahan kepada siswa agar mempunyai wawasan awal yang objektif tentang pendidikan lanjutan dan lapangan pekerjaan

2. Memberikan bekal tambahan dalam melalui masa peralihan yang sistematis dari status siswa menjadi anggota masyarakat yang produktif.

3. Memberikan kesempatan untuk mengenal serta membina sikap, minat, dan nilai terhadap dunia kerja.

Ada lima materi pokok bimbingan karir di SMP/SLTP, yaitu:

1. Pengenalan konsep diri berkenaan dengan bakat dan kecenderungan pilihan karir/jabatan serta arah pengembangan karir.

2. Pengenalan bimbingan karir khususnya berkenaan dengan pilihan pekerjaan.

3. Orientasi dan informasi jabatan dan usaha untuk memperoleh penghasilan.

4. Pengenalan berbagai jenis lapangan pekerjaan yang dapat dimasuki tamatan SMP.

5. Orientasi dan informasi pendidikan menengah sesuai dengan cita¬-cita melanjutkan pendidikan dan pengembangan karir.

Bimbingan karir di SMP merupakan kelanjutan dari bimbingan karir di SD, melalui guru pembimbing siswa mendapatkan berbagai informasi tentang karir sehingga dapat membina sikap dan apresiasinya terhadap jenis pendidikan, jenis pekerjaan, dan menelusuri hubungan antara kerja dan waktu luang, memperluas minat kerja, serta memberikan berbagai informasi tentang pekerjaan sehingga memunculkan kesadaran siswa untuk menentukan pilihan pekerjaannya dimasa datang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

Teori Perkembangan Karier Hoppock



Teori dan perkembangan karier dalam pandangan Hoppock dapat dapat dikatagorikan kedalam sepuluh teori yaitu :

Pekerjaan dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi kebutuhan .

Setiap individu memilki berbagai kebutuhan, kebutuhan itu diantranya kebutuhan fisik seperti kebutuhan akan makan,istirahat,tempat tinggal dan lain sebagainya kebutuhan psikologis antra lain kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain kebutuhan untuk di hormati dan dihargai individu akan menghadapi setiap kebutuhan fisik dan psikologis yang pengaruhnya dapat berpariasi.Hoppck menyimpulkan bahwa reaksi individu terhadap kebutuhan fisik dan psikologis berpengaruh dalam pemilihan jabatan.

Perkerjan, jabatan karier yang dipilih adalah pekerjaan yang disukai dan di yakini bahwa pekerjaan itu paling baik untuk memenuhi kebutuhan.

Individu memilih perkerjaan,jabatan, karir, adalah pekerjaan yang paling memenuhi kebutuhan yang kuat akan kebutuhan status dan penghargan dari orang lain.orang yang memiliki kebutuhan yang kuat akan kebutuhan status dan penghargaan dari orang lain memilki kecendrugan akan mengejar kedudukan yang paling di inginkan dan paling dapat memenuhi kebutuhan akan stautus dan penghargaan diri orang lain.Demikian halnya denga kebutuhan lainya

Apabila orang menyadari tentang berbagai jenis pekerjaan dengan berbagai situasinya dan secara langsung akan menyadari bahwa pekerjaanitu dapat memberikan pengalaman yang memuaskan dan pekerjaan lain memberilan pengalaman yang tidak menyenangkan jadi pekerjaan jabatan karir dipilih seseorang apabilai untuk pertama kali ia menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam pandangan Hoppock pada saat yang demikian ini pemilihan jabatan baru dimulai dengan sungguh sungguh.

a) Kebutuhan yang timbul bisa diterima secara intelektual yang di arahkan untuk jabatan tau tujuan tertentu

b) Pemilihan pekerjaan,jabatan dan karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang lebih mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya

c) Memberikan potensi kepada seseorang untuk berparti sipasi itu sangat ter gantung pada seseorang terhadap pemahaman dirinya.

d) Formasi mengenai diri sendiri

e) Kepuasan pada pekerjaan tergantung pada pencapaiaan atau tidaknya terhadap kebutuhan seseorang

f) Kepuasan kerja dapat di peroleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang atau ssuatu pekerjaan yang menyajikan terpenuhinya kebutuhan di masa yang akan datang.

g) Pilihan pekerjaan akan berubah apabila seseorang yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang.



Seperti yang di kemukakan diatas besarrnya kepuasan yang dirasakan merupakan perbandingan antara pemenuhan kebutuhan dengan apa yang di harapkan dan kemampuan dalam memahami diri.

DAFTAR KEPUSTAKAAN



Edwin.L. Heer.1976, Career Guidance and Cuonseling Through The Life Span.University Me Hill. Boston.






Ruslan,A.Gani.1985, Bimbingan Karir. Angkasa. Bandung.


Teori Karier Holland



Teori original Holland mengalami modifikasi sebagai hasil dari penelitian ulang, hal ini terbatas pada lingkungan kerja pada masyarakat Amerika (Osipow, 1983 : 83). Pada kata pengantar dalam karya tulisnya yang terakhir yaitu “Making Vocational Choices : A Theory of Vocational Personalities and Work Environments” (1985), John Holland mengatakan bahwa buku itu merupakan perumusan teorinya yang kelima sejak karya tulisnya yang pertama pada tahun 1959 (Winkel & Hastuti, 2005 : 634). Teori Holland menge¬mukakan enam lingkungan okupasional dan enam tipe kepribadian. Pada tahun 1966, Holland berpendapat bahwa ling¬kungan-lingkungan okupasional itu adalah Realistik, Intelektual, Artistik , Sosial, Pengusaha, dan Konvensional, demikian juga tipe kepribadian diberi nama yang sama (Manrihu, 1992 : 71). Tingkatan orientasi kepribadian individu menentukan lingkungan yang dipilihnya, semakin jelas tingkatannya, maka makin efektif pencarian lingkungan yang sesuai (Manrihu, 1992 : 71). Pengetahuan individu tentang diri dan lingkungannya diperlukan untuk menetapkan pilihan yang sesuai.

Teori Holland direvisi pada tahun 1973, tipe-tipe kepribadian dan lingkungan okupasional tersebut adalah Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Pengusaha, dan Konvensional (Manrihu, 1992 : 71). Holland mengakui bahwa pandangannya berakar dalam psikologi diferensial, terutama penelitian dan pengukuran terhadap minat, dan dalam tradisi psikologi kepribadian yang mempelajari tipe-tipe kepribadian (Winkel & Hastuti, 2005 : 634). Dua sumber pengaruh ini mendorong Holland untuk mengasumsikan bahwa orang yang memiliki minat yang berbeda-beda dan bekerja dalam lingkungan yang berlain-lainan, sebenarnya adalah orang yang berkepribadian lain-lain dan mempunyai sejarah hidup yang berbeda-beda pula (Winkel & Hastuti, 2005 : 634).

Konsep Dasar

Kepribadian seseorang menurut John Holland merupakan hasil dari keturunan dan pengaruh lingkungan (Osipow, 1983 : 84). Winkel & Hastuti (2005 ; 634-635) menjelaskan bahwa pandangan Holland mencakup tiga ide dasar, yaitu :

1. Semua orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka mendekati salah satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu : Tipe Realistik (The Realistic Type), Tipe Peneliti/Pengusut (The Investigative Type), Tipe Seniman (The Artistic Type), Tipe Sosial (The Social Type), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type), dan Tipe Orang Rutin (Conventional Type). Semakin mirip seseorang dengan salah satu di antara enam tipe itu, makin tampaklah padanya ciri-ciri dan corak perilaku yang khas untuk tipe bersangkutan. Setiap tipe kepribadian adalah suatu tipe teoritis atau tipe ideal, yang merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor internal dan eksternal. Berdasarkan interaksi itu manusia muda belajar lebih menyukai kegiatan/aktivitas tertentu, yang kemudian melahirkan suatu minat kuat yang pada gilirannya menumbuhkan kemampuan dan keterampilan tertentu. Kombinasi dari minat dan kemampuan itu menciptakan suatu disposisi yang bersifat sangat pribadi untuk menafsirkan, bersikap, berpikir, dan bertindak dengan cara-cara tertentu. Sebagai sebuah contoh : seseorang dengan tipe sosial yang lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan karena itu ia lebih cerderung memasuki lingkungan okupasi yang mengandung unsur pelayanan sosial seperti perawat, guru, pekerja sosial, dan pemuka agama. Membandingkan segala sikap dan cara bertindak seseorang dengan pola sikap dan kebiasaan bertindak yang khusus untuk setiap tipe kepribadian, dapat ditentukan tipe manakah yang cocok dengan orang itu, dalam urutan mana yang paling sesuai, mana yang sesuai dalam urutan kedua dan ketiga, dengan demikian, seseorang dapat dinyatakan paling mendekati tipe sosial, namun masih memiliki juga kemiripan dengan tipe pengusaha dan tipe seniman. Hal ini dapat dilanjutkan terus dengan mengidentifikasikan kemiripan dengan tipe-tipe yang lain dalam urutan keempat, kelima, dan keenam. Profil total dari keseluruhan kemiripan dalam urutan pertama ke bawah, menampakkan pola kepribadian seseorang (the individual’s personality pattern). Usaha untuk menentukan profil total itu dapat digunakan berbagai metode seperti testing psikologis dan analisis sejarah hidup sehubungan dengan aspirasi okupasi.

2. Berbagai lingkungan yang di dalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu : Lingkungan Realistik (The Realistic Environment), Lingkungan Penelitian/Pengusutan (The Investigative Environment), Lingkungan Kesenian (The Artistic Environment), Lingkungan Pengusaha (The Enterprising Environment), Lingkungan Pelayanan Sosial (The Social Environment), Lingkungan Bersuasana Kegiatan Rutin (The Conventional Environment). Semakin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu di antara enam model lingkungan, makin tampaklah di dalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan. Masing-masing model lingkungan hidup, termasuk lingkungan okupasi, didominasi oleh : orang yang bertipe kepribadian tertentu. Sebagai sebuah contoh : lingkungan kesenian didominasi oleh orang yang bertipe orang seniman, dalam arti kebanyakan orang yang hidup dan bekerja di lingkungan itu termasuk tipe kepribadian ini. Masing-masing model lingkungan hidup memberikan kesempatan tertentu dan menimbulkan tantangan tertentu pula. Mengingat keenam tipe kepribadian menunjukkan pola minat dan kompetensi tertentu, maka bilamana banyak orang dari tipe kepribadian tertentu berkumpul untuk hidup dan bekerja sama, mereka menciptakan suasana yang mencerminkan tipe kepribadian mereka dan menarik orang lain vang bertipe sama untuk menggabungkan diri dengan mereka. Salah satu metode yang digunakan untuk meneliti lingkungan tertentu ialah menghitung jumlah orang dari berbagai tipe kepribadian yang hidup dan bekerja di situ. Hasil hitungan ini ditransformasi menjadi presentase. Presentase tinggi dari tipe kepribadian tertentu menciptakan suasana yang khas.

3. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogeneity), sehingga seseorang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan okupasi tertentu dan merasa puas. Perpaduan dan pencocokan antara tiap tipe kepribadian dan suatu model lingkungan memungkinkan meramalkan pilihan okupasi, keberhasilan, stabilitas seseorang dalam okupasi yang dipangku. Sebagai sebuah contoh : seseorang diketahui paling mendekati tipe sosial, akan lebih cenderung memasuki okupasi dalam lingkungan pelayanan sosial karena okupasi itu diketahui paling sesuai dengan kepribadiannya sendiri dan paling memuaskan baginya, sedangkan orang lain yang diketahui paling mendekati tipe orang rutin, akan lebih cenderung memangku okupasi dalam lingkungan yang bersuasana kegiatan rutin, seperti pegawai di kantor, resepsionis, akuntan, dan pegawai perpustakaan. Sebaliknyalah, orang yang memasuki lingkungan okupasi yang jauh dari tipe kepribadian yang paling khas baginya akan mengalami konflik dan tidak akan merasa puas, sehingga cenderung untuk meninggalkan lingkungan okupasi itu dan mencari lingkungan lain yang lebih cocok baginya.



Manrihu (1992 : 70) berpendapat bahwa ada empat asumsi yang merupakan jantung teori Holland, yaitu :

1. Kebanyakan orang dapat dikategorikan sebagai salah satu dari enam tipe : Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Giat (suka beru¬saha), dan Konvensional.

2. Ada enam jenis lingkungan : Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Giat (suka berusaha), dan Konvensional.

3. Orang menyelidiki lingkungan-lingkungan yang akan membiar¬kan atau memungkinkannya melatih keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuannya, mengekspresikan sikap-sikap dan nilai-nilainya, dan menerima masalah-masalah serta peranan-¬peranan yang sesuai.

4. Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadian¬nya dan ciri-ciri lingkungannya.

Holland berpegang pada keyakinan, bahwa suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan okupasi adalah hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan kepribadiannya, sehingga minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang pekerjaan, bidang studi akademik, hobi inti, berbagai kegiatan rekreatif dan banyak kesukaan yang lain (Winkel & Hastuti, 2005 : 636-637). Pada halaman tiga buku “Making Vocational Choices : A Theory of Vocational Personalities and Work Environments” , Holland menuliskan : "In short, what we have called vocational interests are an important aspect of personality”, karena itu alat tes yang dikenal dengan nama interest inventory dipandang sebagai tes kepribadian (Winkel & Hastuti, 2005 : 637). Salah satu indikasi dari minat ialah kesukaan seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, sedangkan ketidaksukaan menjadi kontraindikasi. Holland sendiri mengembangkan beberapa tes yang dapat membantu orang untuk mengenal diri sendiri, seperti : The Vocational Preference Inventory di tahun 1977 dan Self-directed Search di tahun 1979 (Winkel & Hastuti, 2005 : 637).

Holland juga berefleksi tentang jaringan hubungan antara tipe-tipe kepribadian dan antara model-model lingkungan, yang dituangkan dalam bagan yang disebut Hexagonal Model dan model ini menggambarkan aneka jarak psikologis antara tipe-tipe kepribadian dan model-model lingkungan, makin pendek jarak (menurut garis-garis dalam model) antara dua tipe kepribadian maka makin dekat kedua tipe itu dalam makna psikologisnya dan makin panjang jarak (menurut garis-garis dalam model) maka makin jauh kedua tipe itu dalam makna psikologisnya (Winkel & Hastuti, 2005 : 637).

Menurut Holland suatu tipe memiliki korelasi dengan tipe-tipe lainnya, misalnya tipe realistik dekat dengan tipe investigatif di satu sisi dan dengan tipe konvensional di sisi lainnya (korelasinya 0,46 dan 0,36), sedangkan dengan tipe sosial korelasinya 0,21 (Osipow, 1983 : 83). Tipe artistik dekat hubungannya dengan tipe investigatif dan sosial (korelasinya 0,34 dan 0,42), tetapi jauh sekali dari tipe konvensional sehingga korelasinya 0,11 (Osipow, 1983 : 83). Keadaan tersebut tidak dapat disesuaikan secara tepat pada hexagon jika dimasukkan dalam ukuran skala, hal ini lebih merupakan sekedar suatu percobaan dari Holland untuk mempertalikan antara yang satu dengan yang lain (Osipow, 1983 : 90).

Perkembangan tipe-tipe kepribadian adalah hasil dari interaksi-¬interaksi faktor-faktor bawaan dan lingkungan dan interaksi-interaksi ini membawa kepada preferensi-preferensi untuk jenis-jenis aktivitas-aktivitas khusus, yang pada gilirannya mengarahkan individu kepada tipe-tipe perilaku-perilaku tertentu yang rangkumannya adalah sebagai berikut (Manrihu, 1992: 71-73) :

1. Tipe Realistik yang preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik terhadap obyek-obyek, alat-alat, mesin-mesin, dan binatang-binatang. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas pemberian bantuan atau pendidikan. Preferensi-preferensi membawa kepada pengembangan kompe¬tensi-kompetensi dalam bekerja dengan benda-benda, binatang¬-binatang, alat-alat dan perlengkapan teknik, dan mengabaikan kompetensi-kompetensi sosial dan pendidikan. Menganggap diri baik dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak cakap dalam keterampilan-keterampilan sosial hubungan-hubungan insani. Menilai tinggi benda-benda nyata, seperti : uang dan kekuasa¬an. Ciri-ciri khususnya adalah praktikalitas, stabilitas, konformitas. Mungkin lebih menyukai keterampilan-keterampilan dan okupasi¬-okupasi teknik.

2. Tipe Investigatif memiliki preferensi untuk aktivitas-aktivitas yang memerlukan penyelidikan observasional, simbolik, sistema¬tik, dan kreatif terhadap fenomena fisik, biologis, dan kultural agar dapat memahami dan mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai aktivitas-aktivitas persuasif, sosial, dan repetitif. Contoh-contoh dari okupasi-okupasi yang memenuhi kebutuhan-¬kebutuhan tipe-tipe investigatif adalah ahli kimia dan ahli fisika.

3. Tipe Artistik lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang ambi¬guous, bebas, dan tidak tersistematisasi untuk menciptakan produk¬-produk artistik, seperti lukisan, drama, karangan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi-¬kompetensi dalam upaya-upaya artistik dikembangkan dan keterampilan-keterampilan yang rutin, sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai ekspresif, murni, independen, dan memiliki kemampuan-kemampuan artistik. Beberapa ciri khu¬susnya adalah emosional, imaginatif, impulsif, dan murni. Okupasi¬-okupasi artistik biasanya adalah lukisan, karangan, akting, dan seni pahat.

4. Tipe Sosial lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibat¬kan orang-orang lain dengan penekanan pada membantu, mengajar, atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan obyek-obyek dan materi-¬materi. Kompetensi-kompetensi sosial cenderung dikembangkan, dan hal-hal yang bersifat manual & teknik diabaikan. Mengang¬gap diri kompeten dalam mcmbantu dan mengajar orang lain serta menilai tinggi aktivitas-attivitas hubungan-hubungan sosial. Beberapa ciri khususnya adalah kerja sama, bersahabat, persuasif, dan bijaksana. Okupasi-okupasi sosial mencakup pekerjaan¬-pekerjaan seperti mengajar, konseling, dan pekerjaan kesejahte¬raan sosial.

5. Tipe Enterprising lebih menyukai aktivitas-¬aktivitas yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain untuk perolehan ekonomik atau tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah. Kompetensi-kompetensi kepemimpinan, persuasif dan yang bersifat supervisi dikembangkan, dan yang ilmiah diabaikan. Me¬mandang diri sebagai agresif, populer, percaya diri, dan memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan ekonomik dinilai tinggi. Ciri-ciri khasnya adalah ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.

6. Tipe Konvensional lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang memerlukan manipulasi data yang eksplisit, teratur, dan sistema¬tik guna memberikan kontribusi kepada tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang tidak pasti, bebas dan tidak sistematik. Kompetensi-kompetensi dikembangkan dalam bidang-bidang klerikal, komputasional, dan sistem usaha. Akti¬vitas-aktivitas artistik dan semacamnya diabaikan. Memandang diri sebagai teratur, mudah menyesuaikan diri, dan memiliki keterampilan-keterampilan klerikal dan numerikal. Beberapa ciri khasnya adalah efisiensi, keteraturan, praktikalitas, dan kontrol diri. Okupasi-okupasi yang sesuai adalah bankir, penaksir harga, ahli pajak, dan pemegang buku.



Holland (Manrihu, 1992 : 77-78) juga menambah tiga asumsi tentang orang-orang dan lingkungan-lingkungan, asumsi-asumsi ini adalah:

1. Konsistensi, pada diri seseorang atau lingkungan, beberapa pasangan tipe lebih dekat hubungannya daripada yang lainnya. Misalnya, tipe-tipe realistik dan investigatif lebih banyak persamaannya daripada tipe-tipe konvensional dan artistik. Konsistensi adalah tingkat hubungan antara tipe-tipe kepribadian atau antara model-model lingkungan. Taraf-taraf konsistensi atau keterhubungan diasumsikan mempengaruhi preferensi vokasional. Misalnya, orang yang paling menyerupai tipe realistik dan paling menyerupai berikutnya dengan tipe investigatif (orang yang realistik-investigatif) seharusnya lebih dapat diramalkan daripada orang yang realistik-sosial.

2. Diferensiasi, beberapa orang atau lingkungan lebih dibatasi secara jelas daripada yang lainnya. Misalnya, seseorang mungkin sangat menyerupai suatu tipe dan menunjukkan sedikit kesamaan dengan tipe- tipe lainnya, atau suatu lingkungan mungkin sebagian besar didomi¬nasi oleh suatu tipe tunggal. Sebaliknya, orang yang menyerupai banyak tipe atau suatu lingkungan yang bercirikan kira-kira sama dengan keenam tipe tersebut tidak terdiferensiasi atau kurang terdefinisikan. Taraf di mana seseorang atau suatu lingkungan terdefinisikan dengan baik adalah taraf diferensiasinya.

3. Kongruensi, berbagai tipe memerlukan berbagai lingkungan. Misalnya, tipe-tipe realistik tumbuh dengan subur dalam lingkungan¬lingkungan realistik karena lingkungan seperti itu memberikan kesempatan-kesempatan dan menghargai kebutuhan-kebutuhan tipe realistik. Ketidakharmonisan (incongruence) terjadi bila suatu tipe hidup dalam suatu lingkungan yang menyediakan kesempatan-kesempatan dan penghargaan-penghargaan yang asing bagi preferensi-preferensi atau kemampuan-kemampuan orang itu - misalnya, tipe realistik dalam suatu lingkungan sosial.



Pada tahun 1978, Holland juga mengembangkan suatu Sistem Klasifikasi Okupasi (The Classification System) yang menggolongkan 500 okupasi dalam enam kategori okupasi, yaitu: Realistic Occupations, Investigative Occupations, Artistic Occupation, Social Occupations, Entreprising Occupations, dan Conventional Occupations (Winkel & Hastuti, 2005: 637). Klasifikasi ini terdapat dalam The Occupations Finder yang juga mencantumkan nomor-nomor kode dari Dictionary of Occupational Titles dan tingkat pendidikan sekolah yang umumnya dituntut supaya mampu memegang okupasi tertentu (Winkel & Hastuti, 2005: 637). Sistem Klasifikasi Okupasi diterapkan dalam The Self-directed Search yang dirancang untuk membantu orang agar lebih mengenal diri dan menemukan bidang okupasi yang dianggap cocok baginya atau paling sedikit untuk dipertimbangkan (Winkel & Hastuti, 2005: 637).

Keunggulan & Kelemahan

Teori Holland oleh banyak pakar psikologi vokasional dinilai sebagai teori yang komprehensif karena meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau proses perkembangan yang melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukan fase-fase tertentu dalam proses perkembangan itu serta akumulasi rentang umur (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Mengenai tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh seseorang dalam bidang okupasi tertentu (occupational level), Holland menunjuk pada taraf inteligensi yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah tertentu, namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi dalam hal ini, seperti taraf aspirasi seseorang (Winkel & Hastuti, 2005: 639).

Aplikasi Teori Holland di Sekolah

Pandangan Holland sangat relevan bagi bimbingan karier dan konseling karier di institusi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan masa awal pendidikan tinggi (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Tekanan yang diberikan pada pemahaman diri sehubungan dengan beberapa kualitas vokasional yang dimiliki seseorang dan pada informasi yang akurat mengenai berbagai lingkungan okupasi, menyadarkan lembaga bim¬bingan akan tugasnya untuk membantu orang muda mengenal diri sendiri dan mengenal ciri-ciri lingkungan, kedua hal ini sangat diperlukan sebagai masukan dalam memikirkan pilihan okupasi secara matang (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Alat-alat yang dikembangkan oleh Holland, yaitu The Occupations Finder dan The Self-directed Search, yang menanyakan kegiatan/aktivitas yang disukai, berbagai kompetensi yang dimiliki, bidang-bidang pekerjaan yang diminati, dan evaluasi diri dalam beberapa keterampilan, harus dicocokkan dengan sistem klasifikasi okupasi yang berlandaskan pada teori yang sama, dengan demikian. orang muda dapat menemukan sejumlah alternatif pilihan okupasi untuk dipertimbangkan lebih lanjut (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Cara bekerja ini pada dasarnya menerapkan suatu pendekatan yang mirip dengan pendekatan Trait and Factor, namun maju lebih jauh dari pada teori Trait and Factor tradisional (Winkel & Hastuti, 2005: 639).

Penutup

Pada prinsipnya kebenaran suatu ilmu buatan manusia berada pada tataran relatif. Kebenaran ilmu buatan manusia tidaklah diarahkan pada benar yang sebenar-benarnya, tetapi lebih diarahkan sebagai benar yang bermanfaat. Semakin bermanfaat suatu ilmu bagi kepentingan umat manusia, maka semakin tinggilah nilai kebenarannya.



DAFTAR KEPUSTAKAAN

Manrihu, Muhammad Thayeb . 1992 . Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier . Jakarta . Bumi Aksara


Osipow Samuel H . 1983 . Theories of Career Development . New Jersey . Prentice Hall, Inc . Englewood Cliffs


Winkel, W.S & Sri Hastuti . 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan . Jakarta: PT. Grasindo






Teori Karier Donald Super





Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas , karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut untuk sebagian terdapat pada individu sendiri dan untuk sebagian terdapat dalam lingkungan hidupnya yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama membentuk proses perkembangan karier seseorang. Pilihan jabatan merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada individu sendiri seperti kebutuhan , sifat-sifat kepribadian , serta kemampuan intelektual , dan banyak faktor di luar individu , seperti taraf kehidupan sosial-ekonomi keluarga , variasi tuntutan lingkungan kebudayaan , dan kesempatan/kelonggaran yang muncul. Titik berat dari hal-hal tersebut diatas terletak pada faktor-faktor pada individu sendiri.



Donald Super menaruh perhatian pada psikologi diferensial sebagai cabang ilmu psikologi yang mempelajari perbedaan bermakna antara individu-individu , antara lain dengan menggunakan alat-alat tes untuk memperoleh data tentang berbagai ciri kepribadian yang jelas mempunyai kaitan dengan memegang suatu jabatan , seperti kemampuan intelektual , bakat khusus , minat , dan sifat-sifat kepribadian. Donald Super mengakui sumbangan positif dari teori Trait and Factor, yang untuk sebagian bergerak dalam psikologi diferensial (differential psychology). Data hasil testing psikologis (measurement, assessment) memungkinkan untuk memperoleh gambaran agak objektif tentang seseorang dalam perbandingan dengan orang lain (appraisal, evaluation).

Unsur yang mendasar dalam pandangan Donald Super adalah konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan dipegang (vocational self-concept) yang merupakart sebagian dari keseluruhan gambaran tentang diri sendiri. Data hasil penelitian memberikan indikasi yang kuat bahwa gambaran diri yang vokasional berkembang selama pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif ; perkembangan ini berlangsung melalui observasi terhadap orang-orang yang memegang jabatan tertentu , melalui identifikasi dengan orang-orang dewasa yang sudah bekerja , melalui penghayatan pengalaman hidup , dan melalui pengaruh yang diterima dari lingkungan hidup. Penyadaran kesamaan dan perbedaan di antara diri sendiri dan semua orang lain , akhirnya terbentuk suatu gambaran diri yang vokasional. Gambaran diri ini menumbuhkan dorongan internal yang mengarahkan seseorang ke suatu bidang jabatan yang memungkinkan untuk mencapai sukses dan merasa puas (vocational satisfication). Hal ini menyebabkan seseorang mampu mewujudkan gambaran diri dalam suatu bidang jabatan yang paling memungkinkan untuk mengekspresikan diri sendiri , misalnya : seorang muda yang memandang dirinya sebagai orang yang berkemampuan tinggi , berjiwa mengabdi , dan rela mcngorbankan dirinya , serta dibesarkan dalam keluarga yang telah mencetak beberapa dokter dan memperoleh kesan serba positif tentang perkembangan seorang dokter , akhirnya membentuk gambaran diri yang membayangkan dirinya sendiri sebagai seorang dokter yang ulung dan tulen.

Proses perkembangan karier dibagi atas lima tahap, yaitu :

1. Tahap Pengembangan (Growth) mulai dari saat lahir sampai umur lebih kurang 15 tahun  anak mengembangkan berbagai potensi , pandangan khas , sikap , minat , dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure)

2. Tahap Eksplorasi (Exploration) dari umur l5 sampai 24 tahun  orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan , tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.

3. Tahap Pemantapan (Establishment) dari umur 25 sampai 44 tahun  bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk-beluk pengalaman selama menjalani karier tertentu.

4. Tahap Pembinaan (Maintenance) dari umur 45 tahun sampai 64 tahun  orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya.

5. Tahap Kemunduran (Decline)  orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.

Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap¬-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan , yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan karier (vocational developmental tasks).

Pada masa-masa tertentu dalam hidupnya individu dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan karier tertentu , yaitu :

a. Perencanaan garis besar masa depan (Crystalization) antara 14-18 tahun yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya.

b. Penentuan (Specification) antara umur 18-24 tahun yang bercirikan mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai memegang jabatan itu.

c. Pemantapan (Establishment) antara 24-35 tahun yang bercirikan membuktikan diri mampu memangku jabatan yang terpilih.

d. Pengakaran (Consolidation) sesudah umur 35 tahun sampai masa pensiun yang bercirikan mencapai status tertentu dan memperoleh senioritas.

Berkaitan dengan tugas-¬tugas perkembangan karier , Super mengembangkan konsep kematangan vokasional (career maturity ; vocational maturity) yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelasaikan semua tugas perkemlbangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Indikasi relevan bagi kematangan vokasional adalah misalnya kemampuan untuk membuat rencana , kerelaan untuk memikul tanggung jawab , serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan. Beraneka indikasi ini dapat dijabarkan lebih lanjut pada rnasing-masing tahap perkembangan vokasional , lebih-lebih selama masa remaja dan masa dewasa muda. Berkenaan dalam rangka meneliti dan menilai kematangan vokasional telah dikembangkan alat tes yang dikenal dengan nama Career Development Inventory , Career Maturity Test , dan Vocational Maturity Test.

Beberapa karya tulis Super yang terkenal adalah The Psychology of Careers (l957) , Work Values Inventory (1970) , Appraising Vocational Fitness by Means of Psychological Tests (1962) , Career Development: Self-Concept Theory (1963) , Measuring Vocational Maturity for Counseling and Evaluation (1974) , dan Career and Life Development (1984). Hal yang menarik perhatian ialah pernyataan Super dalam karya tulis terakhir bahwa teori tentang self-concept adalah "Essentially a matching theory in which individuals consider both their own attributes and the attributes required by an occupation". Gagasan ini mirip dengan teori Trait and Factor, meskipun pada Super mengandung makna yang lebih komprehensif.

Pandanga:n Super oleh banyak pakar Psikologi Vokasional dinilai sebagai teori yang paling komprehensif dan mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian. Pandangan Super mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan karier dan konseling karier yang sangat relevan. Konsepsi Super tentang gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pegangan bagi seorang tenaga kependidikan bila merancang program pendidikan karier dan bimbingan karier , yang membawa orang muda ke pemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia kerja , selaras dengan tahap perkembangan karier tertentu.



KEPUSTAKAAN

Manrihu, Muhammad Thayeb . 1992 . Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier . Jakarta . Bumi Aksara


Osipow Samuel H . 1983 . Theories of Career Development . New Jersey . Prentice Hall, Inc . Englewood Cliffs


Winkel, W.S & Sri Hastuti . 2005 . Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan . Jakarta: PT. Grasindo


Bimbingan Karier di SD



Bimbingan karier di sekolah dasar tidak dimaksudkan untuk mengarahkan anak melakukan pilihan pilihan prematur. fokusnya malahan akan kesadaran akan pilihan pilihan yang bakal tersedia , cara cara mengantisipasi dan merencanakannya ,serta hubungannya dengan cirri cirri pribadi .banyak murid yang perlu mengetahui bahwa mereka akan mempunyai kesempatan kesempatan untuk memilih dan kompetensi untuk melaksanakannya .murid murid ini juga perlu menyadarinya ,bagaimana mereka berubah ,dan bagai mana mereka dapat menggunakan penggalaman penggalaman sekolah untuk menjelajah dan bersiap guna menyongsong masa depan .

Diantara asumsi asumsi yang menyebabkan bimbingan karier mendapatkan kepercayaan disekolah dasar adalah sebagai berikut: (1). Kesadaran bahwa gaya gaya prilaku memilih pada masa remaja dan dewasa di pengaruhi oleh tipe tipe pengalaman perkembangan yang berlangsung pada masa kecil ;(2) terbukti bahwa banyak materi dan teks yang digunakan disekolah sekolah dasar mengambarkan dunia kerja atau dunia pendidikan dimasa depan secara tidak seksama dan membantu perkembangan yang tidak perlu mengenai tipe okupasi okupasi menurut jenis kelamin atau pandangan pandangan yang sempit mengenai kesempatan kesempatan pendidikan atau okupasional yang tersedia ;dan(3) pengakuan bahwa perasaan perasaan mengenai kompetensi pribadi menghadapi masa depan tumbuh dari pengetahuan tentang kelebihan kelebihan .cara cara untuk memodifikasi kelemahan kelemahan ,keterampilan keterampilan dalam merencanakan dan menggunakan sumber sumber eksploratoris yang tersedia ,pemahaman tentang hubungan hubungan antara persekolahan dan penerapannya dalam pekerjaan serta peranan peranan masyarakat lainnya(Herr&Cramer,1984:21)

Bimbingan karier sejak permulaan kelahirannya diperlukan sebagian karena komleksitas dunia kerja .Walaupun dunia kerja ini ,juga ini telah diketahui oleh person dan tokoh tokoh bimbingan karier terdahulu lainnya,akan tempak sederhana bila di bandingkan dengan masyrakat ilmiah dan teknologi dewasa ini, dapat dipastikan bahwa program program bimbingan karier dari generasi generasi, sangat bermanfat dalam membantu ribuan anak muda dalam keputusan keputusan ,penempatan penempata dan penyesuaian penyesuaian kariernya .

Dunia kerja dewasa ini terus meningkat dalam ruang lingkupdan komlek sitasnya .sehingga kebutuhan akan bimbingan karier jauh lebih bersar dari pada sebelumyan.di amerika serikat lebih dari 35 ribu jenis pekerjaan yang tercatat pada dictionary of occkupational titles (1965).sehingga jelas sekali bahwa kemungkinan kemungkinan pilihan occovasional tidak terbayangkan.

Berbagai jenis pengalaman yang harus disediakan yang mengakui berbagai latar belakang dan kebutuhan murid murid dari berbagai latar belakang.

Anak Sekolah Dasar

pada dasarnya anak-anak pada usia sekolah dasar secara has terbuka kepada dan berintraksi dengan rentang stimuli yang luas dan berbagai perilaku. Dalam antusiasme dan keingin tahuannya yang tak terkendalikan, mereka belum dipaksa oleh realitas realitas sosial yang mengganggu dan yang mengubah persepsi-persepsi dari saudara-saudaranya yang lebih tuah dan banyak orang dewasa dimana mereka beridentifikasi.

Maslow (1959 ) mengemukakan hierarki kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai berikut:

1.kebutuhan-kebutuhan fisiologis, 2.kebutuhan-kebutuhan keamanan, 3.kebutuhan akan keikut sertaan dan kecintaan, 4.kebutuhan akan penghargaan, harga diri , kebebasan dan dianggap penting, 5.kebutuhan akan impormasi, 6.kebutuhan akan pengertian, 7.kebutuhan akan keindahan, 8.kebutuhan akan aktualisasi diri.

Tujuan tujuan bimbingan karier di sekolah dasar. Tujuan-tujuan bimbingan karier disekolah dasar adalah tujuan memberikan pengalaman-pengalaman sehingga murid-murid dapat mengerjakan yang berikut (Herr, 1976: 1-2 ):

1. Menyadari bahwa memahami kelebihan kelebihan, nilai-nilai dan perepensi-perepensi seseorang merupakan pondasi bagi pilihan-pilihan pendidikan dan okupasional

2. Mengerti bahwa adalah mungkin mencapai tujuan tujuan masa depan dengan perencanaan dan persiapan yang dilakukan sekarang.

3. mencapai kedadaran akan kompetensi pribadi untuk memilih dan memenuhi syarat syarat dari alternatif alternatif pendidikan danokupasional.

4. mempertimbangkan imlikasi imlikasi dari perubahan dalam diri, pilihan pilihan, dan hubungannya dengan kebutuhan akan lanjutan pendidikan selama hidup

5. memahami kesamaan kesamaan antara keterampilan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan pribadi

6. mengembangkan dari dasar impormasi yang tidak menyimpang dan tidak stercotif untuk menjadi pedoman merencanakan keputusan keputusan pendidikan dan okupasional selanjutnya

7. memahami bahwa persekolahan terdiri dari banyak kesempatan umtuk menge plorasi dan mempersiapakan kehidupan

8. mengenal hungan hubungan antara keterampilan keterampilan akademik membaca,menulis,berhitung dan bahan pelajaran lainnya dan bagai mana hal ini digunakan dalam pilihan pilihan pendidikan dan pekerjaan dimasa depan

9. mengidentifikasi okupasi okupasi dimana orang orang berkerja dengan oaring lain dengan ide ide, atau dengan bends benda.

10. memperhitungkan hubungan hubungan antara okupasi karier dan gaya hidup.

11. mengambarkan maksud yang pekerjaan sajian untuk orang orang yang tidak sama

12. mempertimbangkan pentingnya penggunaan efektif dari waktu luang.

Norriss(1963:Herr&Cramer,1984:223). Menyarankan konsekuensi bimbingan karier di sekolah sekolah dasar ,khususnya yang berkenaan dengan informasi okupasional:

Taman kanak kanak. Anak mempelajari tentangaktivitas aktivitas kerja ibunya, ayahnya dan angota anggota rumah tangga lainnya

• Kelas I Anak belajar tentang perkerjaan dalam lingkungan yang dekat –rumah,sekolah,dan tetangga.

• Kelas II Anak belajar tentang pemberi pemberi bantuan jasa dalam masyarakat yang melayaninya dan juga tentang tokoh tokoh dan usaha usaha tetangganya yang dikenalnya.

• Kelas III Anak meluaskan studi studinya dalam masarakat .penekananya pada tranfortasi ,komunkasi dan industri indistri utama lainnya.

• Kelas IV Anak belajar tentang dunia kerja pada tingkat provinsi termasuk iindistri indusri utama pada provinsi itu .

• Kelas V Studi studi anak diperluas sehingga meliputi kehidupan industri nasional .industri industri utama di berbagai bidang bagian dari Negara di pilihnya .

• Kelas VI Program anak diperluas sehingga mencakup seluruh bagia dunia (Halverson,1970:56;Herr&Cramer,1984:223).

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Allen,L.R(1980). Leisure and its relationship ti work and career guidance vokasional guidance Quarterly,28(3) 257-262.


Brammer,L.M,&Shorrom,E,L(1960).Therapeutik psychology,engle wood cliffs,N.j:prentice-Hall.